Kamis, 09 Agustus 2012

Ketika kesedihan mendera




            Aku berdiri didepan sosok mayat dengan bercucuran air mata. Tak sanggup kubayangkan orang yang kukagumi  telah pergi meninggalkanku sendiri. Ia yang selalu kubenci kini telah berpulang, aku termangu.” Apakah yang sebenarnya terjadi?” Pikirku. Kini saat ia telah masuk dalam ruang sempit bersama tanah dan segala makhluk kecil aku menangis. Air mata tak kuasa membendung mataku hingga bengkak. Kini aku sendiri, seorang lelaki berbadan besar menghampiriku. “Siapa dia? Apa dia suruhan ayahku?” Batinku bicara. Ia memberikan aku sebuah surat “surat wasiat-kah” batiku menebak, tak kusangka ayah yang begitu angkuh dan pelit itu masih memikirkanku saat ia tak ada. Aku kembali menangis, saat secarik kertas keluar dari sebuah amplop putih aku kembali mengeluarkan air mata membahana kubaca dengan sendu tak kuasa melihat isinya. Bertuliskan huruf besar disana yang membuatku semakin pilu akan ayahku “SURAT HUTANG, KINI RUMAH ANDA KAMI SITA”
 

2 komentar: