Minggu, 11 Desember 2011

"mentari kesukaanku"





Mentariku

Aku terlelap di bangku taman
Sinar matahari mulai mencuat ke binar mataku
Lama setelah aku duduk menyendiri
Matahari  telah membangunkanku
                Panas teriknya membasahi seluruh jiwa dan kalbuku
                Terasa panas menyentuh kulitku yang menghitam
                Terasa menyayat dada yang tak tegar
                Dan mulai terhenti saat angin menyapa
                Dan bulir hujan mulai perlahan berjatuhan
Ia tetap berdiri tegak meski mataku beralih memandang ke atas
Bunga matahari..
Ia tersenyum lembut tepat kearahku
Ia tetap tersenyum saat aku kesal melihat senyumanya
Dan ia hanya tersenyum saat aku terjatuh
Hanya senyumannya yang ada
Hingga aku meneteskan bulir air mata bersama hujan
                Aku terdiam, dan ia menyapa
                Bunga matahari,
                Aku bertanya padanya dengan emosi
Mengapa kau hanya tersenyum
Aku benci, marah saat melihatmu
Aku tersedu dan mencoba tersenyum kepadanya
                Tegar kuat dan kokoh
                Apapun keadaan dan situasi yang kau temui
Kau berikan senyuman yang bercahaya bagai kilau sang surya
Aku iri,.
Aku sangat iri padamu bunga matahari
Yang kini sontak mulai layu
Aku ingin sepertinya…
Wahai bunga,.
Kini ia tiada dan aku mulai kesepian,.
Mentari??dimana??
Dimana ia,?aku rindu akan sosoknya
Mentari datang, muncul dari balik awan
Ia menyapa dan mulai mengubur bunga manisku
                Waktu berjalan lambat,.
                Ia mulai menghilang dari gumpalan tanah kebun rumahku
                Mati pun ia menyapaku dengan senyuman terakhirnya
Aku merindunya,.
Bunga matahariku yang malang
Yang di telan kegelapan siang dan malam
Tak lamaku kenang mentariku,.
Mentari muncul dari kematian dengan wajah bayi yang suci
Dan aku tak lagi sendiri
Mentariku yang penuh arti datang kembali
dengan perlahan kuteteskan air mata dalam pipi
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar