Mentariku
Aku terlelap di bangku taman
Sinar matahari mulai mencuat ke binar mataku
Lama setelah aku duduk menyendiri
Matahari telah
membangunkanku
Panas
teriknya membasahi seluruh jiwa dan kalbuku
Terasa
panas menyentuh kulitku yang menghitam
Terasa
menyayat dada yang tak tegar
Dan
mulai terhenti saat angin menyapa
Dan
bulir hujan mulai perlahan berjatuhan
Ia tetap berdiri tegak meski mataku beralih memandang ke
atas
Bunga matahari..
Ia tersenyum lembut tepat kearahku
Ia tetap tersenyum saat aku kesal melihat senyumanya
Dan ia hanya tersenyum saat aku terjatuh
Hanya senyumannya yang ada
Hingga aku meneteskan bulir air mata bersama hujan
Aku
terdiam, dan ia menyapa
Bunga
matahari,
Aku
bertanya padanya dengan emosi
Mengapa kau hanya tersenyum
Aku benci, marah saat melihatmu
Aku tersedu dan mencoba tersenyum kepadanya
Tegar
kuat dan kokoh
Apapun
keadaan dan situasi yang kau temui
Kau berikan senyuman yang
bercahaya bagai kilau sang surya
Aku iri,.
Aku sangat iri padamu bunga
matahari
Yang kini sontak mulai layu
Aku ingin sepertinya…
Wahai bunga,.
Kini ia tiada dan aku mulai kesepian,.
Mentari??dimana??
Dimana ia,?aku rindu akan sosoknya
Mentari datang, muncul dari balik awan
Ia menyapa dan mulai mengubur bunga manisku
Waktu berjalan
lambat,.
Ia mulai
menghilang dari gumpalan tanah kebun rumahku
Mati pun
ia menyapaku dengan senyuman terakhirnya
Aku merindunya,.
Bunga matahariku yang malang
Yang di telan kegelapan siang dan malam
Tak lamaku kenang mentariku,.
Mentari muncul dari kematian dengan wajah bayi yang suci
Dan aku tak lagi sendiri
Mentariku yang penuh arti datang kembali
dengan perlahan kuteteskan air mata dalam pipi